MISTERI RUMAH ORANGE
Pagi ini, Fernita, Deniar, dan Calista bersiap-siap untuk pindah rumah. Rumah baru yang akan mereka tempati tidak jauh dari rumahnya yang lama, hanya beda blok dan jalan. Rumah yang mereka tempati pastinya lebih bagus dari rumah mereka yang lama, dan juga lebih nyaman.
Sorenya, mereka sampai di rumah mereka yang baru. Ketika barang-barang mereka sudah di turuni, Fernita, Deniar, dan Calista langsung melihat dan mencari kamar yang cocok untuk mereka masing-masing. Fernita memilih untuk tidur di kamar di lantai 2, tetapi tidak terlalu luas namun nyaman bagi dia, dan sejuk. Deniar memilih kamar dekat dengan taman belakang, karena dia suka suka menulis, jadi perlu inspirasi. Sementara Calista memilih kamar di depan yang ruangannya cukup luas, sebab dia pandai mendisain baju, jadi perlu ruangan untuk menjahit.
Ketika sudah merasa cocok dengan kamarnya masing-masing, mereka langsung menata kamar mereka, sampai waktu malampun tiba. Karena mereka rasa sudah cukup rapih, akhirnya mereka tertidur dengan suasana rumah baru dan kamar baru, walaupun perabotannya tidak ada yang berbeda.
Dua minggu setelah kepindahannya, rumah ini terasa begitu istimewa. Setiap orang yang melewati rumah, atau berpapasan dengan mereka, orang-orang itu menyapa mereka, walau yang tidak kenal sekalipun.
Sampai pada suatu malam, Calista merasa ada yang aneh dengan rumah orange yang ada di seberang rumahnya. Ketika malam tiba terlihat sebuah bayangan bergerak, gerakannya cepat sekali. Sampai-sampai Calista berfikiran kalau itu bayangan hantu. Esok paginya Calista cerita kepada saudara perempuannya, Fernita, dan Deniar tentang kejadian semalam.
“Bayangan itu..”, Calista bercerita.
“Hahaha ada-ada saja kamu Cal!” celetuk Nita.
“Iya, emang bayangan itu seperti apa sih? Sampai-
sampai kamu dibuat takut karena bayangan itu?”
tanya Niar keheranan.
“Iiih kalian kok ga percaya sih sama aku. Aku tuh
ngeliat sendiri bayangan itu lewat dari kiri ke
kanan atau kanan ke kiri.” bela Lista.
“Kalau kalian tidak percaya, ayo kita sama-sama
buktikan. Nanti malam, kalian tidur di kamarku,
oke?” ajak Lista.
“Hmm oke kalau begitu.” sahut Niar.
“Aku masih tidak percaya sama bayangan itu. Jadi
okelah, tapi selain mengamati kita harus
membuktikannya juga Cal.” jawab Nita.
“Iya betul tuh Cal, jangan asal menuduh seperti
itu, kita selidiki juga asal muasal bayangan itu.”
kata Niar menyambung jawaban Nita.
“Yasudah, kita lihat nanti malam.” kata Calista.
“Siiiip” jawab Nita dan Niar serempak.
Malam pun tiba, tepat pukul 10.00 malam, bayangan itu lambat laun muncul dan bergerak seperti apa yang diceritakan oleh Calista.
“Tuh-tuh lihat, bayangan itu muncul kan!” kata Lista, sambil menunjuk ke arah jendela.
Nita dan Niar bergerak mendekati jendela itu.
“Iya, benar kamu Cal, aku melihatnya. Tapi asalnya dari mana ya? Aneh sekali” kata Niar.
“Hmm bagaimana kalau kita keluar, dan mencari tahu dari mana bayangan itu berasal?” sambung Niar.
“Apa? Ini kan udah malam, gelap lagi, apa nggak takut apa!” jawab Lista sedikit takut.
“Yaah percuma Cal, kalo nggak sekarang juga kita cari tahu, kamu tidur nggak akan tenang juga kan?” tanya Nita kepada Calista.
“...” Calista hanya diam saja.
“Ayo, nanti keburu malam, dan makin gelap!” ajak Niar.
“Oke, ayo kita selidiki.” Nita menjawab.
“Bagaimana dengan kamu simanja?” tanya Nita ke Lista.
“Iya-iya aku ikut, tapi jangan ada yang ninggalin aku yah?” jawab Calista.
“Iya Calista.” sahut Niar.
Mereka pun keluar rumah seijin papa dan mama mereka.
“Hati-hati ya sayang, sudah larut malam. Kalau ada apa-apa telpon mama, oke honey?” ijin mama.
“iya mama, makasih..” jawab Nita, Niar, dan Lista serempak.
“haha awas, hati-hati ada hantu dibelakang kalian nanti. Hihihi” goda papa.
“Iih papa ada-ada saja nih, haha” jawab Niar. “Yasudah sana, cepat pulang ya.” Papa meneruskan.
Izin sudah didapat. Sekarang tinggal membuktikan, apa sebenrnya penyebab bayangan itu.
“Dingin sekali ya” kata Lista.
“hahahaha, kamu ini udah manja penakut lagi, aku biasa-biasa aja ah. Kamu aja yang penakut hahaha” kata Nita sambil tertawa.
“Santai aja kali Cal, ada kita-kita kok. Jadi ga usah khawatir..” kata Niar meyakinkan.
“Iya deh, tapi janji ya jangan ninggalin aku sendiri?” tanya Lista.
“Iya, mana mungkin aku ninggalin adikku yang cantik ini sendirian.” kata Nita menjawab pertanyaan Lista sambil mencolek dagu Lista.
“hehehe iya deh makasih ya.” kata Calista senang.
“Weessshh..” bayangan itu lewat di depan mereka. “Astaga!” kata Niar kaget.
“Bayangan itu muncul lagi!” kata Lista.
“Iya benar, ayo cepat mendekat ke rumah orange itu!” sahut Nita.
Perlahan-lahan mereka makin dekat dengan rumah orange misterius itu. Tetapi bayangan itu tak muncul lagi. Malah sebaliknya, rumah orange itu tampak sepi tak berpenghuni. Yang membuat mereka menjadi merinding, dan sedikit ketakutan.
“A aa a, aku takut nih..” jawab Lista terbata-bata. “Tenang Cal, kita harus cepat sebelum malam tiba!” sahut Niar.
Mereka berjalan mengendap-endap, agar tidak ada yang tahu. Ketika mereka sampai di rumah orange itu. Sebuah mobil lewat melintasi rumah orange itu. Dan...
“Itu dia bayangannya! Ayo cepat!” kata Nita.
Ketika Nita sampai terlebih dahulu ketempat asal bayangan itu,
“hahahahaha Calista, cepat kesini! Bayangan yang kamu maksut itu ini Cal?” kata Nita sambil tertawa.
Niar dan Lista menyusul.
“Apa? Ini toh bayangan yang dimaksut sama Calista? Haha lucu sekali, bahkan tinnginya nggak melebihi tinggi kita, ya Nit?” tanya Niar.
“Apa? Cuma sebuah patung?” kata Lista seraya menundukkan kepalanya.
“Buat apa aku takut sama patung yang seperti ini, ya? Seharusnya aku nggak setakut kemarin..” kata Lista menahan malu.
“Yasudah, yang penting kamu sudah tahu kan bayangan itu asalnya dari mana? Jadi kamu enggak usah takut lagi Cal.” jawab Nita.
“Iya Cal. Semuanya sudah terungkap, kan? Ayo kita pulang, sebelum malam semakin malam.” Kata Niar.
“Hahaha iya-iya, ayo kita pulang. Akhirnya lega juga aku sekarang, ternyata hanya sebuah patung di depan rumah orange ini. Hahaha.. Ayo pulang ke rumah, dan jangan lupa cerita sama papa dan mama. Pasti papa sama mama kaget, dan pastinya ketawa deh, mendengar cerita petualangan seru kita.” kata Lista girang.
“So.. Udah enggak takut lagi kan, Cal?” goda Niar.
“Ciee yang udah ga takut, hahaha.. Ayo kita pulang, aku udah enggak sabar mau cerita ke papa dan mama, nih. Tentang bayangan patung, yang ditakuti sama Calista. Hahahaha” goda Nita, sambil berjalan pulang.
Akhirnya mereka bertiga pulang. Dan disetiap perjalanan terdengar candaan dan tawaan dari mereka. Ternyata bayangan yang selama ini membuat Calista takut itu, hanyalah sebuah patung unik milik Pak Bily, yang dulu menempati rumah orange itu. Akhirnya Calista tidur dengan nyaman dan tersenyum riang ketika bayangan itu terlihat kembali.
Tamat